Pemerintahan Artakhsyacah I

Pemberontakan di Mesir

Artahsasta harus menghadapi pemberontakan di Mesir pada tahun 460–454 SM yang dipimpin oleh Inaros II, yang merupakan putra seorang pangeran Libya bernama Psamtik, yang diduga merupakan keturunan dari Dinasti ke-26 Mesir. Pada 460 SM, Inaros II memberontak melawan Persia dengan bantuan sekutu Athena-nya, dan mengalahkan tentara Persia yang dipimpin oleh satrap Haxamanis. Persia mundur ke Memphis, dan Athena akhirnya dikalahkan pada 454 SM oleh tentara Persia yang dipimpin oleh Bagabuxsya (Megabyzus), setelah pengepungan selama dua tahun. Inaros ditangkap dan dibawa ke Susan.

Hubungan dengan Yunani

Setelah Iran dikalahkan oleh Yunani dalam Pertempuran Eurymedon, terjadi gencatan senjata di antara kedua pihak. Ketika Artahsasta naik tahta, dia menggunakan taktik baru untuk melemahkan kekuasaan Atena dengan membiayai musuh-musuh mereka di Yunani. Hal ini secara tidak langsung menyebabkan orang-orang Athena memindahkan harta Liga Delos dari pulau Delos ke ibu kota Athena. Akhirnya keadaan ini menyebabkan perang pada tahun 450 SM sewaktu orang-orang Yunani menyerang Siprus dalam Pertempuran Salamis. Akibat gagalnya serangan Kimon, maka disepakati Perjanjian Kallias yang merupakan perjanjian damai antara pihak Athena, Argo, dan Iran pada tahun 449 SM.

Artahsasta menawarkan suaka kepada Themistokles, yang mungkin merupakan musuh terbesar Xerxes atas kemenangannya dalam Pertempuran Salamis, setelah Themistokles dikucilkan dari Athena. Juga, Artahsasta memberinya Magnesia, Myos, dan Lampsakos untuk menyuplai roti, daging, dan anggur untuknya. Selain itu, Artahsasta memberinya Skepsis untuk menyuplai pakaian, dan dia juga memberinya Perkote untuk rumahnya.[9] Themistokles kemudian belajar dan mengadopsi adat dan bahasa Persia.[10][11]